Tuesday, April 8, 2014

TAUJIH SI TUA





Di suatu hari yang panjang dan memenatkan
Terkulai layu sebatang tubuh, keringat mengalir
Suara yang ganas dan gagah sudah mendatar
Persis air sungai yang mengalir lesu, dahagakan hujan

“Bertahanlah kalian!”

Jerkah suara itu, kendatipun nadanya pasang surut
Meski sudah uzur, zahir usianya pada kedutan yang melata
Siapa sangka, semangat keperwiraan nya tetap muda
Walau kudrat sekelumit cuma, walau sudah di penghujung usia

“Berbanggalah kalian, dengan afiliasi dengan Tuhanmu ini”

Sosok itu terus memaksa agar berdirinya kokoh
Melaungkan siulan siulan jihad sedaya yang ada
Meski hari tampak makin suram, makin pudar harapan
Kerna imannya tahu, kelak mentari kan muncul

 “Kalianlah Yusuf buat harapan ini”

Jerkahan itu bertalu talu, mengetuk dengan kuat dan deras
Harapnya kata-kata itu mengakar ke jiwa manusia seanteronya
Makin kuat pula siulan Iblis menandingi suara si tua itu
Yang dihiasi irama yang mengasyikkan, membuaikan

“Jangan biarkan waktu kalian berlalu tanpa amal untuk da’wah ini”

Ia tidak pernah mundur apatah lagi mengangkat tangan menyerah
Cuma ada kalanya wajah itu terkadang muram
Menatap satu persatu waris risalah ar Rasul yang mulia ini
Lalu terpancarlah kegusaran, jika ini saki yang tinggal

“Sucikanlah diri kalian dari perbuatan dosa”

Masih ada harapan, buat orang yang beriman
Walaupun kata-kata itu kadang-kala seakan tidak bernafas
Konsekuen kendurnya iman, bermaharajelanya kebathilan
Meski begitu si tua itu tahu, di hadapanya ada khairan ummah

“Apa lagi yang buatmu diam wahai harapan isi bumi?”

Kepercayaan itu disandar pada bahu mereka seadanya
Yang mendengar ketukan taujih yang berapi itu
Di hari yang makin hampir penghujunya
Begitu tenat dan getir saatnya, kerna seakan tiada pemisah antara haq dan benar

“Bangkit dan majulah bersama deru dakwah”

Sang mujahid itu sudah tidak tertahan lagi
Bagaikan terhampar jelas di kaca matanya yang makin pudar itu
Terbentang jelas, jalan menuju syurga nun di hadapan sana
Yang tiada cara lain untuk ke situ melainkan menapaki jalan dakwa ini


Sekumpulan jiwa muda yang suci itu sudah mara setapak
Lalu apakah yang membuatkan kalian masih ragu
Apakah dikau redha dengan kehinaan ini
Atau buatmu, matahari sudah terkubur selamanya?

No comments:

Post a Comment